Selebriti, kaya, multi talenta, terkenal, berpendidikan, tampan, demikian pujian yang diterima para aktor Bollywood. Tapi di balik semua kelebihan- kelebihan tersebut, ternyata para artis Bollywood amat percaya takhayul. Tak percaya? Berikut penuturannya.
1. Shahrukh Khan
Sebagian besar Rakyat Indonesia mengenal artis tampan berlesung pipi ini. Ya, pemeran Rahul dalam Film Blockbuster Kuch Kuch Hota Hai ini ternyata percaya takhayul loh.
a. Rahul
SRK, demikian dia biasa dipanggil, percaya jika nama Rahul adalah nama keberuntungannya dalam perfilman. Kuch- Kuch Hota Hai dan film terbarunya Chennai Express adalah beberapa contoh film yang memakai nama Rahul, dan benar saja, kedua film tersebut benar- benar sebuah kejutan!
b. Artis- artis yang dia anggap "MEMBAWA SIAL"
Shahrukh Khan tidak perlu script bagus untuk membuat filmnya terkenal. Demikianlah review beberapa orang. Memang benar demikian. Tapi, script yang bagus pun ternyata tak cukup untuk membuat sebuah film sukses. Sebut saja film Ra One, film Sci- Fi dengan visual effect yang sangat mahal ini, dengan script bagus, judul yang lain dari biasa, performance yang matang, ternyata tak cukup untuk membuat film ini Hits. Belakangan, tersiar kabar bahwa SRK bermusuhan dengan Kareena Kapoor dan Arjun Rampal, karena dianggap membawa sial pada filmnya tersebut. Well, dia pernah bermain bersama Arjun Rampal di film Don dan Om Shanti Om, dan cukup hits, pemirsa! No one knows the truth.
c. Scene Kereta Api
SRK sangat menyukai adegan kejar- kejaran di Kereta Api karena dianggap membawa keberuntungan dalam filmnya. Sebut Saja DDLJ, film paling laris pada tahun 1995. Mengulang keberuntungan yang sama, SRK mendaur ulang adegan tersebut di film Chennai Express. Di film Dil Se, Main Hoo Na, Kuch Kuch Hota Hai juga ada adegan Kereta Api loh. Hhehe
d. Angka 5
Plat mobil nomor 5 bisa dilihat di beberapa film SRK, misalnya Chennai Express
2. Salman Khan
Aktor paling sensasional dan fenomenal ini percaya bahwa gelang pemberian ayahnya adalah pembawa keberuntungan. Betul saja, filmnya seperti Dabangg, Dabangg 2, Jai Ho, Ready semuanya Box Office. Wah!
Salman juga percaya bahwa Idul Fitri adalah keberuntungan baginya. setiap filmnya yang rilis saat Eid sangat sukses!
3. Aamir Khan
Aamir percaya bahwa rilis film saat natal adalah keberuntungannya. 3 Idiots, Taare Zameen Par, Dhoom, adalah beberapa filmnya yang rilis saat natal
4. Hrithik Roshan
Awalnya malu, tapi ternyata Hrithi percaya jempol kembar di tangan kirinya adalah sebuah berkah dan pembawa keberuntungan.
5. Akshay Kumar
Dia percaya bahwa tattoo bertuliskan nama putranya Aarav Kumar Bhatia adalah pembawa keberuntungan. Dan jika film pertamanya dengan suatu aktris mendulang sukses, dia akan bermain lagi dengan artis itu untuk kedua, ketiga dan kesekian kalinya Contohnya saja Sonakshi Sinha. Bahkan saking merasa lucky dengan Sonakshi dia bahkan rela memakai jasa Sona meski hanya sebagai cameo di filmnya, sebut saja Boss, Joker, Rowdy Rathore.
Rabu, 02 April 2014
Movie Review : Munna Bhai MBBS
Pernah nonton 3 Idiots? Ya, siapa
yang tak mengenal film ini. Film paling fenomenal di India pada tahun 2009 ini
telah berhasil membuat jatuh hati para penontonnya. Bukan hanya Bollymania
saja, tapi juga yang bukan penikmat film India pun mengaku film ini luar biasa.
Tapi kali ini kita tak akan membahas film itu. Yang akan kita bahas sekali ini
adalah sebuah film dari produser dan sutradara yang sama dengan film 3 Idiots,
yaitu Rajkumar Hirani dan Vidhu Vinod Chopra (Berasa pernah dengar, ‘kan?
Hehehe). Baiklah, untuk yang sudah penasaran setengah hidup, ini dia
reviewnya..
Cast :
Sanjay Dutt : Munna(Murli Prasad Sharma)
Sunil Dutt : Hari Prasad Sharma
Gracy Singh : Dr. Suman(Chinky)
Boman Irani : Dr. J.Asthana
Arshad Warsi : Circuit
Jimmy Sheirghill: Zaheer
Berkisah di seputar kehidupan
Munna, seorang bos mafia Mumbai. Dia dan kawan- kawan menyebut diri mereka
sebagai Pekerja Sosial di bidang penanganan masalah keuangan. Pada suatu hari,
saaat sedang beraksi, Munna mendapat surat dari kampung yang mengabarkan bahwa
orang tuanya akan segera tiba di kota. Untuk menutupi kebohongannya, Munna
berpura- pura menjadi dokter. Ayah dan Ibunya merasa bangga karena pemuda
kampung yang terkenal sebagai preman sudah menjadi seorang dokter di kota
metropolitan. Pada saat sedang olahraga pagi, Ayahnya tanpa sengaja bertemu
dengan Dr. Asthana, seorang Dekan sekaligus dokter yang dulu pernah tugas di
kamoung mereka. Mereka pun berusaha menjodohkan Munna dengan putri tunggal Dr.
Asthana yaitu Chinki. Hari lamaran pun tiba, tapi malang tak dapat ditolak! Dr.
Asthana mengetahui mengenai profesi Munna Bhai sesungguhnya dan mempermalukan
dia dan orang tuanya. Ayah dan Ibunya pulang sambil terisak dan menanggung
malu.
Merasa dendam karena telah
mempermalukan kedua orangtua yang sangat disayanginya, Munna bertekad untuk
menjadi dokter sungguhan. Berkat ‘bantuan’ Dr. Rustom Pavri, dirinya diterima
di sekolah kedokteran paling terkenal di Mumbai, IMPERIAL MEDICAL COLLEGE yang
malangnya dipimpin oleh musuhnya sendiri, Dr. Asthana. Kekacauan demi kekacauan
pun terjadi, namun perlahan- lahan, tingkah Munna yang aneh mulai diterima oleh
hampir semua sivitas kampus, kecuali Dr. Asthana itu sendiri. Munna dengan
Jadoo Ki Jhappi nya ( Pelukan ajaib) memberi sihir sendiri bagi para pasien.
Bagaimana akhir kisah Munna di
kampus tersebut? Berhasilkah dia menyabet gelar M.B.B.S (Gelar Dokter di
India). Apa yang terjadi dengan kisah cintanya? Bagaimana reaksi kedua orang
tua Munna? Tonton sendiri
Self Review :
Bagi yang sudah menonton film 3
Idiots terlebih dahulu, pasti juga terkagum- kagum dengan film ini. Bagi yang
belum nonton, pasti lebih terkagum- kagum. Saya sendiri, menonton film ini
sekitar tahun 2008 dan menonton film 3 Idiots tahun 2011. Jadi saat menonton
film 3 Idiots saya hanya terbayang Munna Bhai tapi versi berbeda. Ada banyak
kesamaan antara dua film ini, yaitu:
1. Disutradarai
dan diproduseri oleh pihak yang sama
2. Tokoh
utamanya jatuh cinta pada putri dekan
3. ‘Villain’nya
diperankan oleh orang yang sama : Boman Irani
4. Watak
karakter utamanya adalah : Pembuat ‘onar’, berusaha keluar dari sistem dan
membawa perubahan,
5. Sama-
sama punya magic words yaitu ‘Jadoo ki Jhappi’ dan ‘aal izz well’
6. Nama
kampusnya mirip : Imperial Medical College dan Imperial Engineering College
Mardaani Versi Lia Susanti
IDE CERITA MARDAANI
SPECIAL HUT RANI MUKERJI
CAST:
Rani
Mukerji as ACP Rani
Jishu
Sengupta as Sam
Boman
Irani as Chief Minister/ Perdana Menteri Mukesh
Priyanka
Chopra as Priya/ Putri Mukesh
Aditya
Roy Kapoor as Addie
Sore
itu cukup cerah di kota metropolitan Mumbai. Sam yang baru pertama kali datang
ke India sedang meminum segelas lemon tea di sebuah food court di salah satu
pusat perbelanjaan Mumbai. Tadinya dia datang kesini berdua dengan temannya,
Addie. Tapi setengah jam yang lalu, Addie pergi meninggalkannya dan berjanji
akan secepatnya kembali.
Sam
sendiri merupakan pria NRI, artinya pria berkebangsaan India yang tinggal di
luar negeri. Sejak berusia lima tahun, ia dan kedua orang tuanya pindah ke
London dan membuka usaha sendiri di sana. Sejak saat itu, mereka tak pernah
kembali ke India. Sampai temannya yang bernama Addie mengajaknya ikut serta ke
acara pertunangannya di desa kecil di distrik Punjab.
Awalnya,
semua baik- baik saja, sampai tanpa sengaja matanya menangkap seorang gadis
bertubuh mungil sedang berkelahi dengan beberapa pria berbadan kekar layaknya
seorang bodyguard. Dia sangat heran bagaimana bisa orang- orang di sekitarnya
hanya menonton saja tanpa ada niat membantu sedikitpun.
Dia
terpukau melihat bagaimana wanita itu dihempaskan tubuhnya kesana kemari. Tapi,
wanita itu bangkit lagi dan kembali menyerang mereka layaknya ksatria anti
mati. Pukulan demi pukulan mendarat di tubuh pria- pria besar itu. Tubuhnya
yang mungil seolah terbang dan menendang mereka satu per satu.
Tak
tinggal diam, Sam meninggalkan minumannya dan berniat membantu wanita tangguh
itu. Dia entah bagaimana caranya bisa sekompak itu dengan wanita yang belum
dikenalnya dalam menghajar enam pria bertubuh raksasa.
Tak
sampai lima menit, sekelompok sekuriti Mall datang dengan membawa senjata api.
Musuh mereka yang tadinya sudah hampir dapat mereka kalahkan, melarikan diri
begitu saja.
“BHAAG!
BHAAG!” Teriak wanita itu padanya. Tapi memang dasarnya dia belum terbiasa
dengan bahasa Hindi dia hanya tersenyum simpul, berharap wanita itu mengucapkan
terima kasih padanya. Wanita yang tidak diketahui namanya itu kembali
meneriakkan kata yang sama. Sam kali ini terlihat mematung, jidatnya berkerut
pertanda dia tak mengerti apa yang diucapkan wanita itu.
Diseretnya
Sam keluar dari Mall. Mereka berlari menuju tempat parkir. Dengan mata
kepalanya sendiri dilihatnya wanita itu mengendarai mobil bahkan tanpa
menggunakan kunci. Dia semakin bertanya- tanya wanita seperti apa yang sedang
dijumpainya ini? Mungkinkah dia penjahat?
Hari
sudah menjelang malam. Mereka berdua masih duduk kaku di dalam mobil di sebuah
jalanan sepi.
“Achcha
bhai, kahan hai tumhara ghar?” Tanya wanita itu padanya. Memecah keheningan
mereka. Sam yang sedari tadi sedang menunggu panggilan dari Addie terkejut.
“Can
you speak slowly, please? Aku baru di India aku kurang lancar berbahasa Hindi”
“Oh,
sorry. Maksudku, kemana aku harus mengantarmu? Kita harus segera berpisah
sebelum yang punya mobil sadar dia telah kehilangan mobilnya”
“What
are you? A thief? Don? Gangster?” Tanya Sam dengan mimik wajah penasaran.
“Kenapa
kau begitu tertarik?” Dia balik tanya tanpa menghiraukan rasa penasaran Sam
“No,
bukan! Maksudku, wanita seperti apa yang berkelahi dengan enam pria sangar,
tubuhnya dihempaskan kesana kemari tanpa merasa sakit sedikitpun? Wanita
seperti apa yang mencuri mobil seseorang dari tempat parkir? Aku sendiri belum
pernah melakukannya”
“Namaku
Rani, Rani Ahuja”
“Dan
pria- pria tadi?”
“Preman.
Ok tell me, alamatmu dimana?”
“Sebenarnya
aku tinggal di hotel, tapi aku tak hafal nama hotelnya. Dan temanku, si Addie
sialan itu belum menghubungiku sampai sekarang. Dia pasti sedang asyik mabuk-
mabukan.”
“Okaylah,
kau bisa tinggal denganku malam ini, sampai temanmu itu menelepon”
“What?”
“Hei,
tenang saja! Jangan seperti anak perawan seperti itu! Aku tak akan
memperkosamu. Lagi pula kau bukan tipeku, mengerti?”
“Haha,
so funny!” Jawab Sam ketus. Tapi bagaimanapun, dia mengikuti Rani ke flat kecil
di sudut kota Mumbai.
“Hei,
kau polisi?” Tanya Sam, dia semakin kaget saat melihat photo di dinding flat Rani.
Disitu terlihat jelas Rani menggunakan seragam polisi wanita. Rani hanya
mengangguk kemudian masuk ke dalam kamarnya.
“Aku
mau mandi dulu. Kau tunggu disini. Flat ini hanya punya satu kamar mandi, jadi
kau akan mandi setelah aku.” Ucap Rani. Sam mengangguk.
Dihempaskan
tubuhnya ke atas sofa. Untuk menghindari rasa bosan dia menghidupkan televisi
berukuran 21 inch dan tiba- tiba wajahnya muncul disitu. Ternyata insiden siang
tadi di Mall terekam kamera CCTV dan pihak Mall melaporkan mereka semua ke
kantor polisi. Beruntungnya gambar CCTVnya buruk sehingga akan sulit untuk
mengenali wajah asli pelaku.
“Aku
selesai! Ini handuk, dan ini pakaian untukmu, kalau saja kau ingin mengganti
pakaian”
“Ini
baju siapa?”
“Baju
ini milik almarhum abangku yang telah meninggal empat bulan yang lalu”
“Oh,
I am sorry to hear that” ucap Sam dengan wajah sedih. Dia masuk ke dalam kamar
mandi yang letaknya di dalam kamar tidur Rani.
Begitu
selesai mandi, dilihatnya Rani sedang mengobati luka di sekujur tubuhnya dengan
menggunakan alkohol. Dia begitu terpana melihat Rani tak meringis kesakitan
sedikitpun. Gadis- gadis yang lain pasti sudah menangis menahan rasa sakit,
tapi tidak demikian halnya dengan Rani. Dia seolah sangat menikmati luka itu.
“Hei,
kau sudah selesai? Aku tahu pakaian itu akan cocok untukmu. Ukuran tubuh kalian
mirip.” Tanya Rani panjang lebar begitu melihat Sam duduk bersanda di sofa.
“Kau
tak terluka?” tanyanya lagi dengan ramah. Sam menggeleng lembut
“Siapa
namamu?”
“Sam,
Sam Prasad”
“Hmm,
Sam. Bisa tolong bantu aku mengobati punggungku? Tanganku tak sampai. Rasanya
perih sekali” Rani menyodorkan kapas dan sebotol alkohol kepadanya. Dengan
tangan gemetar, Sam meraih alkohol itu dan mengoleskannya dengan sangat
perlahan ke punggung Rani. Sesekali ditariknya tanktop Rani untuk mengobati
lukanya yang tertutup kain. Dirasakan jantungnya bergetar setiap kali dia
menyapukan alkohol ke bagian yang luka. Bukan! Bukan karena dia takut. Ada
sesuatu yang salah sejak pertama dia melihat gadis yang kini duduk
membelakanginya itu. Dia tahu dia sudah menyukai gadis itu di detik pertama dia
melihat Rani dari jarak dekat.
Dia
ingat bagaimana rambut panjangnya beruraian setiap kali menghajar preman-
preman itu. Mungkin terasa begitu cepat, tapi dia benar- benar telah jatuh
cinta.
“Ngomong-
ngomong sedang apa kau disini? Maksudku di Mumbai” Rani membuyarkan lamunannya.
“Hm,
temanku, Addie akan tunangan minggu depan. Kami baru tiba kemarin malam, jadi
kami memutuskan untuk pergi ke desa temanku itu besok sore”
“Oh
I see, jadi keluarganya Addie?”
“Keluarganya
sudah berangkat duluan minggu lalu, katanya mempersiapkan pesta”
Tak
lama kemudian rasa kantuk menghinggapi mereka. Rani tidur di kamarnya, sementara
Sam tidur di sofa di ruang tamu
*#*#*#*#*
Keesokan
paginya. Rani sedang menyiapkan sarapan saat Sam menghampirinya ke dapur. Rani
menyapa pria itu dengan ramah.
“Addie
sudah di bawah. I gotta go”
“Sepagi
ini? Kenapa cepat sekali. Ajak temanmua untuk sarapan sekalian” Rani tak tahu
kenapa rasa kehilangan tiba- tiba merasukinya saat ia mendengar Sam harus pergi
“I
would love to, tapi dia sudah terlalu lama menunggu”
“Baiklah,
akan kubungkuskan sedikit sarapan ini untukmu dan temanmu.” Rani mengambilkan
dua kotak makan siang yang biasanya dibawa untuk bekal makan siangnya di
kantor. Sambil menahan air mata, dia memasukkan satu per satu roti, acar, dan
sayuran ke dalam kotak itu.
“Rani,
kau kenapa?” Sam menyadari ada yang salah.
“Aku,
aku tak apa.”
“You
okay? Tum theek to ho na?”
“Haan,
main bilkul thik hoo. Ini, pergilah, temanmu sudah menunggu terlalu lama. Dan
mengenai yang kemarin, terima kasih banyak.”
Sam
meraih bungkusan dari tangan Rani. Diraihnya beserta tangan kanan gadis itu.
Dengan perlahan ditariknya tubuh mungil Rani ke dalam pelukannya.
“Aku
pasti akan merindukanmu, teman pertamaku di India”
“Datanglah
kesini setiap kali kau ada waktu. Pintu ini selalu terbuka untukmu”
*#*#*#*#
Demikianlah,
ditatapnya kepergian Sam dan punggungnya yang semakin menjauh. Dari teras
flatnya dengan wajah sedih, dia memandangi mobil taksi yang ditumpangi Sam
menghilang di ujung jalan.
Hidup
harus terus berlangsung. Lagi pula akan terasa aneh kalau dia mengatakan
dirinya mencintai pria yang baru ditemuinya semalam. Dia berangkat ke kantor
polisi tempatnya bekerja dengan menaiki bus.
Setibanya
disana atasannya langsung memanggil dirinya ke kantor. Perasaannya mengatakan
ada sesuatu yang salah.
“Ada
apa, Pak?” tanyanya setelah memberi hormat.
“Aku
dengar kemarin kau membuat kekacauan lagi di Mall.”
“Ya
Pak.”
“Dan
kau tahu anak buah siapa yang sedang kau hadapi?”
“Ya
Pak”
“Kau
tahu kemarin kau sedang off duty?”
“Ya
Pak”
“Aku
menyesal harus mengatakan ini. Tapi barusan Pak Mukesh, Perdana Menteri yang
anak buahnya kau hajar hingga babak belur itu, menelepon, dan memintamu untuk
dipecat secara tidak hormat”
“Tapi
Pak”
“Rani,
kau membuat posisi saya sulit. Kau tahu, kau adalah polisi terbaik di bagian
kriminal. Di divisimu sendiri tak ada polisi lain yang lebih baik dari dirimu.
Tapi kau tahu, musuhmu itu bukan orang sembarangan. Kau seharusnya sadar itu
sebelum bertindak”
“Tapi,
Pak. This is not fair! Anak buahnya yang menghajar saya terlebih dahulu. Saya
sedang santai minum teh di Mall dan mereka menghampiri saya”
“We
have no option. Bahkan F.I.R terhadap dirimu sudah masuk ke kita. Mereka
mengajukan tuntutan untukmu. Sekarang kau juga harus dipenjara berdasarkan
tuduhan mereka.”
“Hukum
seperti apa yang sebenarnya berlaku disini? Dan itu, patung wanita dengan
timbangan dan mata tertutup itu maksudnya apa? Dan, dan, dan foto Mahatma
Ghandi yang tertempel di dinding dibelakang bapak itu maksudnya apa? Kita
polisi tapi kita tak dapat menegakkan keadilan untuk kita sendiri? Aneh
sekali!”
“Baiklah,
kau bisa keluar. Saya akan menghubungi Pak Mukesh terlebih dahulu untuk
berusaha memperjuangkanmu. Saya akan berusaha sebaik mungkin”
*#*#*#*#
Belum
lagi jernih pikirannya semenjak ditinggal pria yang baru dikenalnya, kali ini
batin Rani semakin berkecamuk. Berita seperti apa yang didapatnya pagi ini?
Benar- benar merusak moodnya seharian. Pensil yang tadinya terletak di atas
meja, diambilnya. Gigi- gigi kecilnya itu menggigit ujung pensil. Kakinya tak
berhenti bergetar di bawah meja. Setiap kali dia sedang bad mood, dia pasti
akan bersikap begitu. Tak lama kemudian, pikirannya melayang jauh. Ke masa yang
tak terlalu jauh dari sekarang.
Empat
bulan lalu, abangnya, Shiv Ahuja, yang juga merupakan perwira polisi jujur,
tewas terbunuh saat sedang menginvestigasi kasus penjualan wanita di bawah umur
yang sedang marak terjadi di India. Pemerintah dengan tegas mengatakan tewasnya
Shiv adalah murni kecelakaan, dalam istilah kepolisian India disebut kasus A
Final, dimana kasus tersebut langsung ditutup dan dianggap kecelakaan murni.
Awalnya,
Rani beserta keluarganya memang percaya dengan pernyataan pemerintah. Sampai
tak lama kemudian, Rani yang sedang merindukan Shiv, membuka laptop pribadi
milik abang satu- satunya itu, dan menemukan beberapa bukti yang sempat didapat
Shiv saat melakukan penyelidikan. Foto- foto di dalam laptop itu jelas- jelas
menunjukkan wajah Perdana Menteri Mukesh dan beberapa anak buahnya beserta
beberapa anak gadis di bawah umur dalam keadaan tersekap di sebuah gudang.
Di
dalam laptop juga terdapat dokumen hasil penyelidikan Shiv dalam bentuk
microsoft word yang sekiranya akan segera dia masukkan berkasnya ke kepolisian
setempat. Namun belum sempat Shiv melakukannya, nyawanya telah direnggut di
tengah jalan, di perjalanannya menuju kantor polisi.
Rani,
tanpa sepengetahuan orang tuanya, menaikkan kembali kasus penculikan,
penyekapan, dan penjualan anak di bawah umur itu. Sidang baru berjalan satu
kali, saat tiba- tiba sepulang dari kantor, Rani mendapati kedua orang tuanya
tewas bersimbah darah di rumahnya sendiri.
Itulah
sebabnya Rani memutuskan untuk menyewa sebuah flat kecil saja. Dia tak sanggup
untuk kembali ke rumahnya sendiri. Karena setiap kali dia menginjakkan kakinya
ke rumah itu, tanpa disadarinya, air matanya menetes deras sekali. Dia selalu
teringat akan kenangan indah dengan keluarganya di rumah itu.
Lamunan
Rani terhenti saat tiba- tiba atasannya menepuk pundaknya lembut. Dengan
sedikit terkejut, Rani mengusap air mata yang sempat bercucuran di wajahnya.
“Aku
sudah bernegosiasi dengan Pak Perdana Menteri. Pak Mukesh mau mencabut
ancamannya, asal, dengan syarat, kau dimutasi ke daerah terpencil di Andhra
Pradesh, tepatnya di distrik Srikakulam, kau hanya menjadi petugas polisi biasa
yang bertugas di kantor. Nanti sore, surat pindahmu mungkin sudah selesai, jadi
kau bisa pindah ke Srikakulam besok. We will really miss you, Rani”
*#*#*#*#*#
“Rani!
Kau Rani kan?” Seseorang berteriak dari belakang Rani. Dia sedang berbelanja di
pasar kecil. Dengan sigap dia membalikkan badannya. Dilihatnya seorang pria
bertubuh tegap berjalan gagah ke arahnya.
“Remember
me?” Tanyanya
“Sam?
Kau Sam?” Tanya Rani setengah tak percaya
“I
can’t believe I could see ya here. Gadis Mumbai di distrik Punjab, hah? Sedang
apa disini?” Tanya Sam, dia terlihat excited sekali melihat kedatangan gadis
yang terlah berhasil mencuri tidurnya itu. Rani tersenyum kecil. Senyuman yang
memang tak bisa lepas dari kesehariannya.
“Aku...
Disini.. Kurasa aku sedang membuntutimu” Jawabnya simpel sembari memainkan
matanya. Benar- benar terlihat manja. Suara seraknya pun terdengar begitu seksi
saat mengucapkan itu.
“Apa
aku buronan yang telah mencuri hatimu?” Balas Sam yang disambut gelak tawa Rani.
Sepertinya dia tak mau kalah dalam hal menggombal
“Sangat
senang melihatmu disini. Aku kira kita tak akan pernah bertemu lagi.” Ucap Rani
dengan tatapan mata kosong.
“Ya,
padahal baru tiga hari yang lalu kita bertemu. Serasa kita sudah berteman cukup
lama. Hei kau belum bercerita, kenapa bisa berada disini?”
“Dua
hari yang lalu, aku dimutasi. Awalnya sih dipecat. Ceritanya panjang. Padahal
dulunya aku akan naik pangkat dari ACP menjadi DCP. Tapi ya, mungkin, beginilah
jalannya”
“Dimutasi?
Kemana?”
“Ke
Andhra Pradesh”
“Itu
cukup jauh dari sini. Kenapa lantas bisa ke Punjab?”
“Aku
belum melapor ke tempat tugasku yang baru. Aku pikir mungkin aku butuh waktu
untuk berlibur. So, here I am. Terdampar disini. Kau sendiri sedang apa?”
“Aku,
tadinya aku kemari dengan Addie dan calon tunangannya, tapi mereka sepertinya
sedang ingin menikmati waktu berdua. Jadi aku pergi dari mereka, dan
menemukanmu disini, thank goodness” Jawab Sam sambil tertawa kecil.
Perbincangan
mereka berlanjut cukup lama. Tanpa terasa hari sudah malam. Dalam perjalanan menuju
guest house tempat Rani menginap, mereka kebetulan sekali bertemu dengan Addie
dan calon tunangannya yang ternyata, Priya, putri tunggal Perdana Menteri
Mukesh yang juga musuh bebuyutan Rani sejak masa sekolah. Tidak, sebenarnya Rani
tak pernah menganggapnya musuh. Justru sebaliknya, Priya yang sepertinya begitu
alergi dengan Rani.
Priya
sendiri, sejak awal melihat foto Addie dan melakukan video call dengannya
melalui skype, sudah merasa sangat cocok dan menyukai Addie sehingga menyetujui
perjodohan yang awalnya dia anggap sebagai tradisi bodoh. Namun, melihat Sam
yang ternyata lebih tampan dan lebih berkarisma dibanding Addie, membuat rasa
sukanya terhadap Addie luntur. Dia kini lebih menyukai Sam.
Melihat
kedekatan dan keakraban Sam dengan Rani membuat Priya merasa sangat cemburu dan
merasa panas hati. Dia memang selalu ingin menghancurkan Rani sebagaimana Rani
tak pernah mengizinkan dirinya sedikit lebih di depan. Dari dulu, hampir dalam
segala hal, Rani selalu mengalahkannya. Itu yang membuat Priya membenci
dirinya.
“Kau
disini?” Tanya Priya padanya dengan tatapan wajah sinis
“Ya,
aku sedang berlibur”
“Aku
kira kau sudah dipecat dari kepolisian”
“Sayang
sekali harapanmu tak dikabulkan” Tantang Rani. Kedua tangannya disilang. Dia
ingin tahu sejauh apa Priya bisa sinis terhadap dirinya.
“Any
way, berhubung kau sudah disini. Aku mengundangmu datang ke pesta
pertunanganku, akhir minggu ini. Kuharap kau bisa datang, siapa tahu kau akan
mendapatkan jodohmu disana”
“Let’s
see, jadwalku agak padat belakangan ini. Aku tak bisa janji”
“Hm,
Rani, bisa aku minta nomormu. Just in case” Ucap Sam padanya, tak lama setelah
pasangan Addie dan Priya meninggalkan mereka.
*#*#*#*#
Awalnya
Rani datang ke Punjab untuk menemui Sam. Dia benar- benar merindukan pria itu.
Namun takdir berkata lain saat tanpa disadarinya ternyata calon tunangan Addie
adalah Priya. Saat itulah Rani mendapat ide untuk menjebak Priya melalui Sam.
Agak jahat memang, tapi mereka berdua sepertinya dengan mudah masuk sendiri ke
dalam perangkap Rani.
Rani
membuka jendela kamar guest housenya. Suasana di pedesaan Punjab memang lebih
indah dari pada tempat manapun di India. Dia sudah mandi sejak pukul enam tadi.
Dia memperbaiki salwar kameez berwarna biru yang dikenakannya pagi itu.
Rambutnya sengaja dia gerai untuk mendapat kesan gadis India asli. Bibirnya
juga sudah dilapisinya dengan lipstick berwarna pink lembut.
Dia
tak sadar bahwa sedari tadi, dari luar jendela kamarnya, Sam sudah
memperhatikan dirinya. Sam memang sengaja bangun lebih cepat pagi itu. Sejak
pukul enam, dia sudah duduk di trotoar di seberang guest house tempat Rani
menginap, hanya untuk melihat gadis yang disukainya.
Menyadar
Sam menatap dirinya bahkan tanpa berkedip sekalipun, Rani tersenyum geli. Dia
bergegas menghampiri pria itu.
“Sam,
kau sedang apa?”
“Aku?
Kau? Apa kau sudah sarapan?” Tanya Sam, gelagapan.
*#*#*#*#*
“Priya
menyukaimu, aku bisa melihatnya” Celetuk Rani. Mereka sudah bersama sejak pagi.
Menghabiskan waktu berjam- jam tanpa merasa bosan sedikitpun. Sam tertegun.
Kenapa Rani mengatakan hal seperti itu padanya.
“Dia
cemburu melihat kita bersama.”
“Itu
hanya perasaanmu saja”
“Aku
mengenal dia cukup lama. Setiap kali dia berucap sinis padaku, artinya dia
sedang cemburu.”
“Aneh
sekali”
“Aku
ingin mengisahkan sesuatu padamu”Ucap Rani. Saat itulah dia menceritakan
semuanya pada Sam. Tentang mengapa dia dihajar enam preman saat itu. Tentang
siapa preman- preman itu. Tentang siapa musuh dia sebenarnya. Tapi dia tak
menceritakan sampai kepada Priya dan rencananya menghancurkan Mukesh melalui
putrinya sendiri
“Kau
melawan seorang perdana menteri sendiri?” Tanya Sam seolah tak percaya. Tapi
dilihatnya Rani mengangguk. Sangat pelan, tapi Sam dapat melihat aura
penyesalan dan kesedihan yang mendalam di wajah gadis itu.
Tanpa
disadarinya, Sam mengangkat wajah Rani dan menatapnya dalam- dalam seolah ingin
berkata, ‘Bagilah sedikit dukamu padaku’. Tak lama setelah itu, Sam memeluk
dirinya erat, sangat erat. Rani membalas pelukan itu dengan sengaja, karena di
seberang jalan, dia melihat Priya sedang memperhatikan mereka.
*#*#*#*#
“I
love you. Main tumse bahot pyaar karti hoon” Bisik Priya tepat di telinga Sam.
Malam itu mereka berdua sedang duduk di taman belakang bungalow keluarga Priya.
Mendengar itu, bukannya senang, Sam malah bergidik ngeri. Bagaimana tidak,
Priya mengungkapkan itu tepat di telinganya. Tak lama setelah itu, Priya meraih
kedua tangan Sam dan melingkarkan ke pinggangnya sendiri. Nafasnya menderu di
leher pria tampan itu. Hampir saja membuat Sam kehilangan kendali
“Kau
aneh!” Ucap Sam tiba- tiba. Tanpa sengaja dia menghempaskan tubuh seksi Priya
ke sudut kursi. Dia buru- buru mengucapkan maaf lalu bergegas berdiri dari situ
sebelum ada orang lain yang melihat mereka.
“Kenapa?
Kenapa harus Rani?” Teriak Priya padanya saat dia melihat Sam hendak bergegas
meninggalkannya. Beruntung tak ada orang lain selain mereka saat itu
“Karena
setidaknya dia punya harga diri”
*#*#*#*#
Malam
ini merupakan malam yang ditunggu- tunggu kedua keluarga Addie dan Priya. Malam
ini merupakan malam pertunangan mereka. Perdana Menteri Mukesh tampak hadir di
acara yang sangat penting itu. Semua adat telah selesai dilaksanakan. Hingga
tibalah prosesi tukar cincin. Priya tanpa disangka- sangka justru membuang
cincin berlian bernilai ratusan juta itu jauh- jauh. Semua orang bingung,
termasuk Addie sendiri
“Aku
tak bisa melanjutkan ini. Aku tak mencintai Addie”
“Priya!
Jangan bodoh!” Bisik Papa Mamanya, tapi dia tak peduli.
“Aku
mencintai Sam! Kalaupun pertunangan ini harus berlangsung hanya akan ada Sam yang
memasangkan cincin di jari manisku. Kalau tidak, aku lebih baik bunuh diri”
Semua orang tercengang. Semua orang kecuali satu, RANI! Ini yang dia harapkan
dan dia tunggu- tunggu. Rani sadar betul sebenarnya Priya tak mencintai Sam. Rani
hafal betul sikap gadis manja itu. Dia hanya terobsesi untuk merebut Sam dari Rani.
Itu saja! Itu sebabnya Rani memutuskan untuk memanas- manasi dirinya dengan
berpura- pura dekat dengan Sam
“Apa-
apaan ini? Pak Perdana Menteri? Kenapa mempermalukan keluarga kami?” Teriak Ibunda
dari Addie. Perdana Menteri Mukesh terlihat menutup wajahnya yang memerah
dengan tangan kanannya. Dia merasa benar- benar malu. Putri satu- satunya
mempermalukan dirinya di hadapan umum dan di depan reporter infotainment yang
meliput acara pertunangan itu.
Saat
suasana benar- benar tegang. Bungalow itu tiba- tiba gelap gulita. Seseorang,
yang tak lain adalah Rani dengan sengaja memutuskan aliran listrik. Saat gelap
gulita itulah dia membawa Perdana Menteri Mukesh ke sebuah gudang yang sudah
disiapkannya terlebih dahulu.
“Welcome
Mukesh Ji” Bisik Rani padanya saat ia tersadar. Saat itu, tangan dan kakinya
sudah diikat.
“Kau?
Kau tahu siapa aku? Lepaskan aku”
“Ckckckck,
Perdana Menteri yang malang”
“Siapa
kau?”
“Kau
tak tahu aku siapa? Hmm, ya, aku ingat, kau tak datang di sidang perdana
kemarin ‘kan? Kau sedang rapat ya?”
“Shiv?
Kau adiknya Shiv?”
“Ya,
dan AKU JUGA PUTRINYA PAK AHUJA YANG KAU BUNUH BERSAMA ISTRINYA” Teriak Rani.
Emosinya benar- benar meledak.
“Cuih,
kau bodoh! Lima menit lagi orang- orangku akan segera menemukanmu”
“Kau
yang bodoh! Telepon genggammu aku buang saat di perjalanan menuju kesini.
Mereka tak bisa melacakmu!”
“So,
Mukesh Ji, bagaimana perasaanmu dipermalukan oleh putrimu sendiri? Menyenangkan
bukan? Oh, tunggu dulu, kau belum tahu berita bahagia selanjutnya! Putrimu,
yang sangat kau sayangi itu, barusan bunuh diri karena ditolak cintanya oleh Sam.
Dan kau tahu siapa yang dicintai Sam? Aku!”
“Putriku?”
“Kau
baru kehilangan satu, bangsat! Aku sudah kehilangan semuanya! Kau lihat pistol
ini? Sebenarnya aku sangat ingin menembakmu dengan ini. Dhishqyaun! Dhishqyaun!
Tapi tidak kulakukan! Aku ingin menyiksamu, sedikit demi sedikit, sedikit demi
sedikit”
“Lepaskan
aku!”
“Tu..
tunggu dulu. Kau belum lihat gambar terakhir putrimu kan? Aku sudah
mendownloadnya. Beritanya langsung tersebar di situs berita online” Rani
menggebu- gebu menunjukkan gambar Priya kepada Mukesh. Membuat Priya tambun
yang terikat di depannya ini terbakar emosi. Tali yang tadi mengikatnya sudah
lepas. Mukesh buru- buru melepas tali di kakinya.
Dengan
sigap ditariknya rambut panjang Rani. Dijambaknya berkali- kali. Rani bukannya
merasa kesakitan malah meludah ke wajah Mukesh. Beruntung dia memakai legging
sehingga memudahkan dirinya untuk bergerak lebih leluasa.
“Come!
Pukul aku!” Tantang Rani. Mukesh mendekat. Ditendangnya perut Rani dengan
sangat keras, hingga membuat gadis mungil itu terpental jauh. Dari mulut dan
hidungnya berceceran darah segar.
“Ayo!
Hajar lagi!” Kali ini Mukesh meninju wajahnya berkali- kali. Hingga cincin yang
melingkar di jari manisnya rusak. Saat itulah Rani bangkit. Dia mendorong tubuh
tambun Mukesh ke belakang. Setengah terbang, dia mendaratkan tendangan ke wajah
Mukesh. Satu per satu tinju melayang.
Rani
menghajarnya berkali- kali sampai Mukesh terjatuh ke lantai.
“Tanpa
anak buahmu kau bukan apa- apa!” Rani menarik pelatuk pistolnya. Dengan sigap
ditembaknya sekali tepat ke ulu hati Mukesh. Ditembaknya sekali lagi di kepala.
Kemudian sisa peluru dihabiskan ke bagian jantung dan bagian perut.
Setelah
menghabisi Mukesh dengan tangannya sendiri, Rani menangis puas. Dendamnya telah
terbalaskan.
*#*#*#*#
“Rani,
Rani, kau tak apa? Kau baik- baik saja?” Suara Sam mengagetkannya. Pistol yang
tadi dia pakai untuk menembak mati Mukesh masih berada di tangannya. Dia terduduk
lemas di sebuah kursi yang tadinya dia pergunakan untuk menyandera Mukesh. Rani
terlihat mengangkat sedikit kepalanya yang tertunduk, lalu dia kembali menatap
lantai.
“Bagaimana
kau bisa tahu aku disini?” Tanyanya lemah kepada Sam yang menatap dirinya
dengan penuh rasa tidak percaya. Sedetik kemudian, Sam mengangkat bahunya.
“Aku
melacak nomormu dari smartphone ini”
“Did
you kill him?”
“I
think so. Kurasa begitu.”
“Shit!
Shit! Shit!” Sam menutup wajahnya dengan kedua tangan. Dia tak menyangka Rani
akan senekad itu. Ya, dia tahu bahwa gadis yang sedang dicintainya ini sangat
membenci Mukesh. Bahkan sejak di pesta tadi pun, Sam sudah menyadari bahwa
Mukesh sudah lama menjadi target Rani. Tapi kenapa harus dibunuh?
“Ok
Rani, Rani! Listen to me, dengarkan aku!” Sam mengangkat wajah Rani yang masih
tertunduk lemas, terlihat keringat mengucur deras dari wajahnya yang penuh
darah karena dihajar oleh Mukesh.
“YOU-
NEVER- DO- THIS!” Tegasnya pada Rani.
“Kau
tak pernah melakukan ini” Sam mengambil alih pistol dari genggaman Rani. Dengan
dupatta ungu bermotif polkadot pink milik Rani, dia membersihkan pistol itu
dengan tujuan untuk menghilangkan sidik jari.
“Kau
tak pernah melakukan ini! Kau sama sekali tak tahu tentang pembunuhan ini.
Sekarang, kau pergilah sejauh mungkin dari tempat ini. Aku yang akan
menggantikan posisimu”
“Sam,
kau.. Kau tahu apa yang sedang kau katakan?”
“Entahlah,
tapi, yah, sebentar lagi polisi akan menuju kesini, Rani! Aku sudah memberitahu
polisi” Rani tercengang. Lantas untuk apa Sam melapor polisi jika akhirnya dia
rela menggantikan posisi Rani. Melihat Rani yang mengernyitkan keningnya, Sam
melanjutkan.
“Aku
mencemaskanmu. Aku selalu memperhatikanmu. Saat Bungalow gelap gulita dan
kudapati kau sudah tak ada disana, aku tahu kau yang melarikan Mukesh. Aku
bergegas melacakmu. Aku takut kau tak sanggup menghadapi Pak Mukesh seorang
diri. Saat sudah tiba disini, aku bergegas melapor kepada pengawal pribadi Pak
Mukesh. Tapi ternyata, kau malah berhasil mengalahkannya. You’re tough enough, Rani.”
“Tapi,
apa yang akan kau katakan pada polisi itu? Mengatakan bahwa kaulah pembunuhnya”
“Aku
akan bilang, aku melihat Pak Mukesh berusaha membunuhmu, dan aku berusaha
menyelamatkan dirimu dengan menembakinya. Cepat pergilah, Rani!”
“No,
I go nowhere. Aku tak mungkin membiarkanmu terlibat masalah. Kau tak akan
pernah bisa membayangkan hukuman apa yang kau dapatkan karena membunuh Perdana
Menteri. Berikan pistolnya” Rani berusaha meraih pistol, tapi Sam menyimpan
pistol itu ke punggungnya, seolah tak ingin memberikannya pada Rani
“Berikan,
please, berikan padaku!” Pinta Rani, setengah memelas dan hampir menangis
“Dengan
satu syarat, kau mau menerima pertolonganku”
“Pertolongan
apa?”
“Aku
harus menjadi pengacaramu di pengadilan nanti”
“Pengacara,
kau? I can’t believe this” Pekik Rani. Sam mendekatkan wajahnya ke telinga
Rani, dan berbisik lembut,
“Masih
ada banyak hal yang belum kau ketahui tentangku, darling! Dan kalau kau ingin
tahu lebih banyak, terimalah syaratku tadi”
*#*#*#*#
“Jadi,
yang mulia, pada saat itu, Rani hanya berusaha menyelamatkan dirinya sendiri”
Sam menutup penyataannya di sidang ketiga Rani siang itu. Dia tak perlu
berpanjang lebar memberikan pembelaan terhadap kliennya. Lagi pula dakwaan yang
ditujukan pada Rani oleh Jaksa Penuntut Umum tidaklah terlalu merepotkan.
Setelah
mempertimbangkan semua dakwaan beserta pembelaan, Hakim memutuskan Rani tidak
bersalah. Dan oleh pihak kepolisian Mumbai dia diberikan penghargaan karena
telah menangkap penjahat kelas berat seperti Perdana Menteri Mukesh dan
membuktikan bahwa Mukesh memang benar bersalah dalam kasus penjualan wanita di
bawah umur. Dia kembali diterima bekerja di kepolisian Mumbai, dan mutasi
terhadapnya dibatalkan saat itu juga.
“Selamat
ya, Rani!” Sam memberikan ucapan saat mereka hanya tinggal berdua di luar
pengadilan.
“Thank
you very much Sam. Aku tak tahu apa yang akan terjadi padaku sampai kau ada
disana menyelamatkanku, lagi.”
“Hm,
apa lagi yang bisa kuperbuat Madam, sepertinya aku memang diciptakan hanya
untuk melindungimu saja.”
“Hahaha,
kau pintar bercanda”
“Okay
lah, sepertinya memang tugasku disini sudah selesai. I gotta go back to London”
“Siang
ini? Kenapa cepat sekali”
“Itu
kalimat yang sama beberapa saat lalu, saat aku bilang aku harus pergi karena
Addie sudah menungguku di bawah” Sam mendekatkan wajahnya, hingga memaksa Rani
mundur beberapa langkah. Dengan lembut, lagi- lagi dia berbisik ke telinga Rani
“Kau
tak pernah mencintaiku ‘kan?” Tanyanya pelan, bahkan sangat pelan. Rani menggeleng,
tapi secepat mungkin dia mengangguk malu, lalu menggeleng lagi. Pertanyaan Sam
menjebaknya.
“Apa
kau masih tertarik untuk mengetahui kehidupanku lebih banyak? Kukira aku cukup
baik untukmu”
“Aku?
Saaamm, itu terdengar seperti, hmm, seolah- olah kau, kau sedang melamarku”
“Tidak
Rani, tadi aku sedang kumur- kumur (sambil cakar tembok)”
“I
do”
“You
do what?”
“Kalau
itu tadi lamaran, aku mau. Kalau itu tadi kau baru menyampaikan cinta, aku mau.
Kalau itu tadi kau bilang apa aku masih tertarik untuk mengetahui kehidupanmu
lebih banyak, aku juga mau.”
“Terdengar
sangat pasrah, ya?”
“Well,
Sam, aku vegetarian”
“Me
too”
“Aku
tak suka tempat yang berantakan”
“Bisa
disesuaikan”
“Aku
tak pintar masak”
“Kita
bisa sama- sama belajar”
“Aku
tak suka tidur di spring bed”
“Tidur
di lantai berdua denganmu, terdengar lebih baik. Apa kita perlu tidur di teras
sekalian?”
“Kalau
mimpi buruk aku suka mengigau”
“Madam,
aku baru melamarmu! Bukan menginterview karyawan baru”
“Aku
kira kau ingin tahu tentang kehidupanku”
“Yes
Ma’am. Aku akan mempelajarinya setelah kita menikah. Sekarang, bisa kita pergi
makan siang? Aku lapar sekali”
*#*#*#*#
The
End
Langganan:
Postingan (Atom)